Memilih sepeda gunung yang sesuai seringkali menjadi hal yang membingungkan khususnya bagi para pemula. Tips mudah untuk mengatasi hal ini adalah dengan mengenal terlebih dahulu secara umum jenis-jenis sepeda gunung yang ada serta peruntukannya. Kemudian diskusikan dengan teman atau pesepeda gunung yang berpengalaman atau bergabung dalam komunitas maya (milis).
Pertanyaan klasik bagi para pemula biasanya berkisar pada:
(1) Apakah saya memulai dengan sepeda hardtail atau sepeda full-suspension?
(2) Apakah saya beli yang full-bike atau dirakit dengan frame dan komponen pilihan sendiri?
Untuk memilih sepeda yang tepat, tentukan dulu penggunaannya untuk kategori apa. Jangan sampai menyiapkan setting sepeda XC tapi dipakai untuk Freeride atau DH, bisa runyam hasilnya, demikian juga sebaliknya.
Tapi kalau anda penggemar XC dan sekali-kali bermain AM/XM/trailbike, ada beberapa sepeda yang sudah dirancang seperti itu. Artinya, spesifikasi teknisnya untuk AM/XM/trailbike, tapi karena bobotnya ringan dan geometri-nya dinamis, maka masih cukup comfortable untuk XC.
Apapun kategori penggunaan sepeda gunung (MTB) anda, mau XC, AM, FR, atau DH; anda selalu bisa memulainya dengan full-suspension. Memang sebagian besar saran yang diterima oleh pemula adalah, “mulailah dengan hardtail”. Dengan alasan antara lain untuk berlatih dulu dengan sepeda yang less comfortable dan better pedalling efficiency.
Namun bagi mereka yang mulai (lagi) bersepeda diatas usia 30+ sangat dianjurkan untuk mengutamakan comfort riding untuk mengurangi body fatique.
Saat ini tersedia sepeda XC full-suspension dengan performa (efficiency) yang sama atau mendekati hardtail, seperti misalnya sepeda yang menggunakan brain shock atau Non Resonance System dibagian belakang.
Namun semua itu kembali lagi pada bujet tersedia dan seberapa serius kita akan melakukan olahraga atau hobi ini. Satu hal yang pasti, kalau tujuan kita bersepeda bukan untuk kompetisi dan lebih mementingkan unsur olahraga, kenyamanan dan kesehatan; sekali lagi full-suspension bukan pilihan yang salah. Sekarang ini entry level full-suspension sudah semakin terjangkau apalagi kalau pandai-pandai mencari used bikenya.
Tetapi jika anda memilih HARDTAIL, jelas bukan pula pilihan yang keliru, banyak koq yang memulai dan masih tetap setia dengan hardtail. Akhirnya semuanya kembali pada personal preferences dan tujuan.
LALU, bagaimana dengan pilihan merakit sepeda atau beli yang sudah full-bike? Jika bersepeda buat anda sekedar untuk berolah-raga atau sarana transportasi alternatif, maka membeli sepeda full-bike akan memudahkan pilihan anda.
Namun kalau bersepeda juga merupakan bagian dari hobby atau life-style anda, maka sepeda yang dirakit dengan komponen pilihan sendiri jelas lebih memuaskan.
Jenis Sepeda Gunung Semua jenis sepeda gunung masa kini telah menerapkan sistem suspensi pada roda depannya (fork suspension), dan beberapa diantaranya bahkan menerapkan sistem suspensi di roda belakangnya (dual suspension = full suspension).
Kategori sepeda tidak hanya dilihat dari kemiripan bentuknya saja, namun ada dua faktor penting lainnya yaitu GEOMETRI dan MATERIAL sepedanya. Sebagai contoh sepeda kategori AM atau DH akan terlihat dari Head Angle yang semakin slack dibawah 70 derajat. Semakin kecil sudutnya semakin nyaman dan mumpuni untuk menghadapi turunan atau ber-downhill ria.
Demikian juga dengan bahan materialnya, sepeda AM/DH yang notabene lebih banyak dipakai untuk meng"hajar" jalanan offroad tentunya memerlukan jenis material yang lebih kuat.
Saat ini, sepeda disain mutakhir sudah menerapkan cross-genre, artinya satu sepeda bisa masuk di dua atau lebih kategori. Misalnya, Giant Reign yang dirancang untuk penggunaan AM yang optimum tapi masih cukup nyaman untuk light-DH. Atau Santacruz Blur LT yang awalnya didisain sebagai Aggresive-XC tapi juga mumpuni untuk AM, bahkan belakangan malah pindah kelas menjadi kategori AM.
Sepeda gunung pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori sesuai dengan peruntukan medan yang dilaluinya, diantaranya;
Cross-Country BikeBeratnya relatif paling ringan dibandingkan jenis sepeda gunung lainnya, berkisar antara 8 hingga 12 kg. Sepeda gunung jenis ini didisain untuk mendapatkan efisiensi yang optimal pada saat mengayuh dan menanjak, karenanya banyak juga digunakan untuk keperluan XC-race. Rancang bangunnya masih didominasi oleh jenis hardtail (tanpa sistem suspensi belakang), sekalipun dalam 2-3 tahun terakhir ini jenis full-suspension dengan travel suspensi belakang 3-4 inches semakin banyak mengisi pasar.
Penggunaan full-suspension pada sepeda gunung jenis cross-country banyak dipicu oleh teknologi baru dalam pembuatan bahan material berbobot ringan serta geometri suspensi belakang yang mampu mengeliminasi efek negatif dari bobbing (tendangan balik pada saat suspensi mengayun). Hanya saja sepeda gunung jenis ini tidak selayaknya dipergunakan secara extreme, kecuali sebatas lompatan kecil (bunny hop) dan kondisi medan dengan halangan teknikal yang ringan.
All MountainSaat ini merupakan pilihan yang cukup populer bagi para penggemar sepeda gunung petualangan bebas dan popularitasnya sedang menanjak pesat. Jarak main suspensi biasanya berkisar antara 4 hingga 5 inches bahkan beberapa sudah ada yang menerapkan 6 inches, sekalipun kategori ini masih menyisakan beberapa sepeda gunung jenis hardtail. Sepeda gunung jenis all-mountain dirancang untuk mampu melintasi medan berbatuan, tanah pegunungan maupun batu lepas dengan nyaman pada kecepatan relatif tinggi dan nyaman dibandingkan sepeda jenis cross-country, bahkan mampu melakukan lompatan (drop off) hingga 2 meter. Berat keseluruhan sepeda berkisar antara 11-15 kg, dengan komponen yang yang relatif ringan namun tetap kuat.
FreeridePada dasarnya sepeda gunung jenis ini tidak berbeda banyak dengan sepeda gunung jenis All-mountain, kecuali beberapa komponen-nya dibuat lebih kuat dan berkarakteristik sepeda gaya bebas. Seperti misalnya, suspensi depan yang lebih kekar dan minimal dilengkapi suspensi double crown (batang penahan stanchion), serta menggunakan dual cranks pada pengayuhnya. Sepeda gunung ini biasanya dirancang untuk dapat bertahan ketika melakukan lompatan-lompatan yang yang cukup tinggi.
Dirt Jump / Urban BikePenggemar sepeda gunung ini awalnya adalah kawula muda perkotaan yang menggunakan sepeda gunung untuk segalanya. Selain sebagai alat transportasi, menikung dengan kecepatan tinggi, juga digunakan untuk melakukan lompatan-lompatan tinggi bahkan sangat extreme. Rangka sepedanya (frame) terbuat dari bahan yang sangat kuat dengan disain yang kokoh, serta ruang ban yang cukup besar untuk penggunaan ban yang ekstra lebar dan besar. Disamping itu frame bagian atasnya (top tube) dibuat serendah mungkin untuk kemudahan pengendalian. Berat sepeda gunung ini mencapai antara 13-18 kg dengan kualitas material yang lebih kuat, sehingga membuat jenis sepeda ini relatif lebih mahal.
DownhillSepeda gunung jenis ini tujuan utamanya adalah menaklukan turunan dengan cepat, aman dan nyaman; yang pada awalnya banyak dilakukan pada area turunan bermain ski disaat tidak musim salju. Untuk itu dibutuhkan suspensi yang lebih panjang jarak mainnya, serta super-sensitif terhadap medan yang dilintasinya. Geometri dari rangkanya (frame) didisain dengan titik gravitasi yang rendah dan mampu menikung dengan stabil sekalipun pada kecepatan tinggi. Kemampuan melakukan pengereman juga merupakan faktor yang penting bagi sepeda jenis ini, karenanya penggunaan rem piringan (disc brake) berukuran besar sangat direkomendasikan. Komponen dan material sepeda ini dipilih yang kuat untuk menahan perlakuan yang “abnormal” dan ini menyebabkan bobot sepeda meningkat sehingga berkisar antara 15-20 kg.
Pilih Sepeda Generik atau GenuineApa sih maksudnya sepeda generik? Ternyata tidak lain adalah frame sepeda tiruan dari model dan merek terkenal yang sedang digandrungi banyak orang, ada yang menyebutnya replika skala 1:1 atau sepeda bajakan.
Secara umum sepeda generik memang layak dipakai asalkan sesuai dengan peruntukannya, karena pada umumnya mereka sudah dibuat dengan sistem welding dan casting modern. Namun jangan bicara mengenai soal kualitas dan kenyamanan untuk frame semurah itu, setidaknya dibandingkan dengan frame aslinya. Kebanyakan frame generik mempunyai geometri yang kurang presisi. Belum lagi jenis aluminium yang digunakan kebanyakan masih menggunakan aluminium tipe 6061 dimana kekuatannya tidak sebanding dengan jenis aluminium frame aslinya, yang menggunakan aluminium generasi baru yang lebih ringan sekaligus lebih kuat.
Hal lain yang mempengaruhi kenyamanan frame bajakan ini adalah weight balance yang tidak akurat, karena hal ini biasanya merupakan „resep“ pabrikan sepeda yang sulit ditiru. Dimana pengaturan weight balance yang sempurna cukup berpengaruh pada kelenturan beberapa titik dari frame sepeda. Makanya sepeda jenis hardtail tertentu ada yang bagian belakangnya terasa flex hasil dari weight balance dan design yang sempurna.
Lalu kenapa harus ada frame atau rangka sepeda generik? Apa lagi alasannya kalau bukan karena mengejar harga yang jauh lebih murah. Seringkali harganya tidak sampai 10% dari harga sepeda aslinya. Hebatnya lagi, beberapa sepeda generik ini sangat sulit dibedakan dengan aslinya, khususnya bagi para pemula (newbie).
Harga pasaran frame generik ternyata juga sangat generik alias hampir sama semuanya yakni dikisaran 300.000 hingga 500.000 rupiah, baik untuk rangka bajakan dari merk Trek, Specialized, Schwin, Scott ataupun lainnya. Bahkan sekarang sudah ada rangka bajakan untuk jenis full-suspension dengan kualitas cukup baik. Salah satu rangka bajakan favourite adalah tiruan dari Specialized S-Work yang harga aslinya berkisar antara 4.2 hingga 4.5 juta rupiah. Hebatnya juga, saat ini frame sepeda bajakan sudah ada yang menggunakan bahan titanium.
Siapakah pembeli atau pemakai rangka bajakan ini? Para pemula yang tidak ingin mengeluarkan dana besar adalah sasaran utama dari rangka bajakan ini. Bayangkan harga full-bike dengan menggunakan rangka bajakan ditambah group set dan kelengkapan lainnya bisa ditebus dikisaran 1.5 juta rupiah.
Sasaran pemakai berikutnya adalah pemula yang belum yakin frame jenis apa yang cocok untuknya. Biasanya kelompok ini mengkombinasikan rangka bajakan dengan komponen sepeda kelas menengah bahkan komponen kelas atas seperti Shimano XT/XTR atau SRAM x.9/x.0. Bahkan ada pula yang mengkombinasikan dengan pemakaian fork suspension yang harganya 5-10 kali dari harga frame-nya. Setelah selang beberapa lama dan mengenal lebih dalam karakter sepeda gunung, mereka baru menukar frame nya dengan yang lebih cocok untuk postur maupun target treknya, dan biasanya mereka beralih ke frame asli.
Pemakai lainnya adalah, pesepeda yang menggunakan sepedanya hanya untuk aktivitas keliling komplek atau fun bike. Disamping itu, kualitas dan kemiripan rangka bajakan yang semakin mendekati versi aslinya, membuat pemain sepeda gunung kawakanpun ada yang memelihara sepeda dengan frame generik
Sepeda Full Suspension vs. Hardtail/SoftailSepeda jenis hardtail memang cepat, apalagi ketika melaju, dimana guncangan dari jalan yang disalurkan kebagian bawah tubuh anda, membuat perasaan lebih cepat. Namun sepeda fullsus menjanjikan kenyamanan dan biasanya juga lebih cepat dimedan rusak karena kemampuan kontrol yang lebih baik ketika melahap rintangan.
Saat ini banyak sistem suspensi sepeda yang dipergunakan, dan kadang kala sangat membingungkan.
Saat awal sepeda bersuspensi ganda (full-suspension) diciptakan, ada beberapa kendala yang turut muncul;
(1) bobot sepeda yang bertambah secara drastis,
(2) efek bobbing atau kick back yang terjadi karena ketegangan rantai yang berubah-ubah seiring dengan naik turunnya suspensi belakang
(3) adanya tambahan pivot (titik sambungan bergerak) membuat perawatan menjadi lebih rumit.
Bagaimanapun juga sepeda gunung full-suspension menjanjikan kenyamanan dan pengendalian yang lebih baik dibandingkan hardtail. Namun, sejalan dengan perkembangan teknologi sepeda gunung yang berkembang pesat di 2-3 tahun terakhir, faktor berat tidak lagi menjadi masalah yang bearti. Perbedaan berat antara sepeda gunung full-suspension dan hartail sekarang sudah semakin tipis. Bayangkan, bobot shock absorber untuk sistem suspensi belakang sepeda gunung saat ini sudah ada yang dibawah 200 gram. Belum lagi beberapa bagian dari suspensi belakang ini juga terbuat dari bahan titanium yang terkenal ringan namun kuat.
Faktor efisiensi kayuhan pedal (bobbing effects) juga kerap kali menjadi permasalahan yang dihadapi oleh sepeda gunung jenis full-suspension. Sekali lagi, kemajuan teknologi sepeda gunung full-suspension pada tiga tahun terakhir ini telah secara dramatis mampu mengurangi kendala ini. Teknologi tersebut diantaranya adalah Advanced Single Point Pivot, Four Bar Linkage, Virtual Pivot Point, ICT dan lainnya; yang kesemuanya diciptakan untuk meningkatkan efisiensi kayuhan pedal layaknya sepeda gunung hardtail.
Jika kenyamanan menjadi faktor penting bagi anda, sepeda gunung full-suspension bukanlah pilihan yang salah.