Wednesday, October 8, 2008

Karier

Oleh : Huda Kismandana, Smanda 95

Karier. Kata ini relatif tidak pernah disebut oleh kalangan pelajar dan mahasiswa. Tapi karier sangatlah sering disebut, dibicarakan bahkan dipikirkan oleh kalangan dunia kerja. Maklum, karena karier berkorelasi positif dengan pendapatan dan jabatan. Semakin suskses seseorang berkarier semakin besar pendapatan dan semakin tinggi jabatannya. Dan pada akhirnya akan meningkatkan status sosial.

Kecemerlangan berkarier ditentukan oleh tiga faktor. Faktor objektif, faktor subjektif dan faktor X. Faktor objektif adalah faktor yang jelas parameternya. Dalam suatu perusahaan biasanya ada serangkaian assessment process untuk menentukan apakah seseorang layak untuk dinaikan jabatannya atau golongannya. Di antaranya test tertulis. Test tertulis ini jawabannya sudah jelas mana yang benar dan mana yang salah. Jika lulus test tertulis, berarti yang bersangkutan memiliki faktor objektif yang baik. Tingkat pendidikan, dan keahlian adalah di antara faktor objektif penentu kecemerlangan berkarier tersebut.

Faktor subjektif adalah faktor yang berhubungan dengan like and dislike atau nepotisme. Entah nepotisme karena hubungan keluarga, hubungan kedaerahan, atau hubungan latar belakang pendidikan. Agar tidak menjadi korban faktor subjektif, kita harus memiliki social intelligence dan integritas diri yang baik. Social intelligence yaitu dengan menjalin komunikasi dan kerja sama yang baik. Sedangkan integritas diri adalah senantiasa disiplin dan jujur.

Faktor X adalah faktor yang tak terduga atau faktor yang timbul bukan karena diri kita. Misalnya, ketika terjadi resesi global karena kenaikan harga minyak, keadaan makro dan mikro ekonomi di suatu negara akan terganggu. Di sisi mikro ekonomi, suatu perusahaan akan melakukan rasionalisasi untuk bisa survive. Banyak hal yang bisa dilakukan perusahaan untuk melakukan rasionalisasi. Dari mulai rasionalisasi di sisi design dan produksi sampai rasionalisasi yang paling mengerikan yaitu pengurangan karyawan atau PHK. Terkena PHK, berarti sandungan dalam berkarier.

Tentu saja kita berharap bisa berkarier cemerlang sesuai dengan yang ditargetkan. Tapi ketika karier itu tidak secemerlang yang kita inginkan, kita harus tetap sabar dan berusaha mencari jalan yang lebih baik. Boleh jadi kesabaran ini adalah bekal dan kunci agar kita siap menerima sukses dan karier yang lebih baik.

Sukses berkarier di dunia kerja tidaklah cukup, Kita masih harus sukses berkarier di tiga tempat lagi. Yaitu berkarier di keluarga, berkarier di lingkungan sosial, dan berkarier untuk akhirat.

Berkarier di keluarga parameternya adalah jika orang tua merasa senang akan keberadaan kita. Selain itu bagi seorang laki-laki adalah bagaimana bisa sukses menjadi suami dambaan istri. Sukses mendidik dan membesarkan anak-anak sehingga kita menjadi ayah yang dibanggakan. Bagi seorang perempuan adalah bagaiman bisa sukses menjadi istri yang selalu menyenangkan suami. Sukses mendidik dan membesarkan anak-anak sehingga menjadi ibu yang dibanggakan. Sukses di keluarga juga adalah ketika kita bisa membantu saudara-saudara di pihak istri maupun suami. Di antaranya adalah mampu memberikan biaya kuliah.

Berkarier di lingkungan sosial adalah bagaimana kita bisa berperan positif untuk suatu komunitas. Di lingkungan RT misalnya. Kontribusi positif yang kita berikan akan menjadikan kita dikenal dan pada akhirnya kitapun diterima sebagai warga RT yang baik. Penerimaan tersebut adalah berarti kita sudah bisa berkarier di lingkungan sosial RT. Penerimaan ini sangatlah penting agar kita bisa hidup tenang dan nyaman.

Sedangkan berkarier untuk akhirat adalah dengan cara memperbanyak ibadah dan beramal sholeh. Kita tidak tahu kapan meninggal. Maka selama hayat di kandung badan, berkarierlah juga untuk akhirat.


Matsumoto, 23 September 2008

No comments: